PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PESISIR MELALUI STRATEGI PENGOLAHAN LIMBAH RUMAH TANGGA BERBASIS TEKNOLOGI DALAM MENGEMBANGKAN INFRASTRUKTUR DAN KONEKTIVITAS MENYONGSONG INDONESIA SEBAGAI POROS MARITIM DUNIA


METROTANOL (Metroxylon Sago Bioetanol): sebagai  Energi Alternatif Ramah Lingkungan  Berbahan Dasar Limbah Cair Cucian Sagu untuk Menghadapi Krisis Energi dalam Mewujudkan Indonesia Mandiri
  

Disusun Oleh:

Hajra Yansa                          10536449913              Angkatan 2013         
Widya Sujarwati Sukri         10539118213              Angkatan 2013         





UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
KOTA MAKASSAR

2015

BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Indonesia secara geografis merupakan sebuah negara kepulauan. Hal ini bisa terlihat dengan adanya garis pantai hampir setiap pulau di Indonesia (± 81.000 km) yang menjadikan Indonesia menempati urutan kedua setelah Kanada sebagai negara yang memiliki garis pantai terpanjang di dunia. Kekuatan inilah yang merupakan potensi besar untuk memajukan perekonomian Indonesia. Berdasarkan keterangan Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Andrinof Chaniago, dikatakannya bahwa Jokowi ingin menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia dikarenakan jika ditinjau secara geografis Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan dengan dua pertiga luas lautan lebih besar daripada daratan.

Namun  potensi sumberdaya yang melimpah di kawasan pesisir, lautan dan pulau-pulau kecil juga belum siap digarap secara optimal. Sebab, SDM yang ada masih rendah. Padahal wilayah pesisir merupakan sumber pangan yang diusahakan melalui kegiatan perikanan dan merupakan lokasi bermacam-macam sumber daya alam, seperti mineral, gas dan minyak bumiserta pemandangan alam yang indah, yang dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan manusia. Namun kurangnya koordinasi dan kerjasama antara pelaku pembangunan (stake holder) kawasan pesisir, juga turut memberi andil yang besar terhadap persoalan yang membuat potensi pesisir kurang terkelola. Hal itu diperburuk oleh belum adanya rencana tata ruang pesisir, lautan dan pulau-pulau kecil.



Daerah pesisir merupakan salah satu dari lingkungan perairan laut yang mudah terpengaruh dengan adanya buangan limbah dari darat. Sebagian besar permasalahan lingkungan yang menyebabkan kerusakan kawasan pesisir dan laut merupakan akibat dari kegiatan-kegiatan di darat. Kerusakan lingkungan di kawasan pesisir tersebut disebabkan oleh akumulasi limbah yang dialirkan dari daerah hulu melalui Daerah Aliran Sungai (DAS). Penurunan kualitas lingkungan kawasan pesisir terjadi apabila jumlah limbah telah melebihi kapasitas daya dukungnya. 

Seperti halnya Masyarakat pesisir di Desa Nelayan kota Makassar dalam kehidupan sehari hari tidak lepas dari ketergantungannya akan infrastruktur, fasilitas umum dan sarana pendukung lingkungannya, seperti drainase, air bersih, pembuangan air kotor dan listik. Rendahnya akses masyarakat pesisir di Desa Nelayan kota Makassar terhadap sarana prasarana dan rendahnya tingkat pendidikan dan pendapatan masyarakat membuat wilayah permukiman menjadi kumuh. Data dari Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar  menunjukkan bahwa prasarana yang ada tidak menjangkau seluruh masyarakat seperti sumur gali dan sumur pompa hanya terdapat 42 unit yang digunakan untuk melayani 6.041 penduduk apalagi dengan kondisi air yang payau.Selain itu untuk sarana sanitasi berupa WC dan jamban yang berjumlah 653 buah untuk melayani 6.041 penduduk.

Kurangnya prasarana akan berdampak pada pencemaran atau polutan di perairan pantai yang berasal dari kegiatan rumah tangga, dan aktivitas manusia yang nantinya akan terakumulasi  dengan berbagai macam limbah yang dibawa melalui aliran air hingga sampai kelaut, baik limbah cair maupun padat,  sehingga di laut dapat ditemukan berbagai jenis sampah dan bahan pencemar.
Secara normal, laut memiliki daya asimilasi untuk memproses dan mendaur ulang bahan-bahan pencemar yang masuk kedalamnya. Tetapi konsentrasi akumulasi bahan pencemar yang semakin tinggi mengakibatkan daya asimilatif laut sebagai gudang sampah´ menjadimenurun dan menimbulkan masalah lingkungan. Laut tak lagi jernih dengan aneka hasilnya yang kian menyusut menjadi faktor kemiskinan di Desa Nelayan Kota Makassar Sulawesi Selatan.
Dengan demikian upaya pencegahan sangat penting untuk dilakukan dan dikendalikan secaradini guna melindungi wilayah pesisir dari daerah yang terancam pencemaran, sehingga tidak merusak lingkungan laut, menurunkan keanekaragaman hayati dan tidak mengganggu keseimbangan ekosistem laut. Maka dari itu diperlukan penataan ruang di kawasan pesisir yang  merupakan langkah yang sangat penting dan strategis untuk memanfaatkan ruang pesisir secara terpadu dan terencana serta terkendali. Sehingga kami menawarkan sebuah soluli berupa pemberdayaan masyarakat pesisir (Desa Nelayan Kota Makassar Sulawesi Selatan) melalui strategi pengolahan limbah rumah tangga berbasis teknologi dalam mengembangkan infrastruktur dan konektivitas menyongsong indonesia sebagai poros maritim dunia.

B.       Rumusan Masalah
Berdasrakan latar belakang di atas maka dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut:
1.         Bagaimana strategi pengolahan limbah rumah tangga basis teknologi yang akan diterapkan di Desa Nelayan Kota Makassar Sulawesi Selatan
2.         Bagaimana penerapan strategi pengolahan limbah rumah tangga basis teknologi dalam Mengembangkan Infrastruktur dan Konektivitas Menyongsong Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia

C.      Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dalam karya tulis ilmiah ini yaitu, sebagai berikut:
1.         Untuk mengetahui strategi pengolahan limbah rumah tangga basis teknologi yang akan diterapkan di Desa Nelayan Kota Makassar Sulawesi Selatan.
2.         Untuk mengetahui tahapan penerapan strategi pengolahan limbah rumah tangga basis teknologi dalam Mengembangkan Infrastruktur dan Konektivitas Menyongsong Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia.




D.      Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan karya tulis ilmiah ini yaitu:
1.    Manfaat Praktis
a.    Bagi Masyarakat
Perubahan pola pikir masyarakat pesisir Desa Nelayan Sulawesi Selatan, yang dapat memberdayakan limbah rumah tangga menjadi beberapa produk bermanfaat Terciptanya penataan lingkungan yang baik sehingga tidak mencemari air laut dan lingkungan pemukiman warga.
b.    Bagi Pemerintah
Strategi ini dapat membantu dalam mengembangkan infrastruktur dan konektivitas menyongsong indonesia sebagai poros maritim dunia khusunya di Desa Nelayan Kota Makassar Sulawesi Selatan
2.    Manfaat Teoritis
Penulisan karya ini dapat melatih jiwa kepenulisan penulis dan dijadikan referensi bagi penulis lainnya yang ingin mengangkat permasalahan yang sama.




BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.      Pemberdayaan Masyarakat Pesisir
Konsep pemberdayaan dalam wacana pembangunan masyarakat selalu dihubungkan dengan konsep mandiri, partisipasi, jaringan kerja, dan keadilan. Pada dasarnya, pemberdayaan diletakkan pada kekuatan tingkat individu dan sosial. Pemberdayaan merujuk pada kemampuan orang, khususnya kelompok rentan dan lemah sehingga mereka memiliki kekuatan atau kemampuan dalam (a) memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga mereka memiliki kebebasan (freedom), dalam arti bukan saja bebas dalam mengemukakan pendapat, melainkan bebas dari kelaparan, bebas dari kebodohan, bebas dari kesakitan; (b) menjangkau sumber-sumber produktif yang memungkinkan mereka dapat meningkatkan pendapatannya dan memperoleh barang-barang dan jasa-jasa yang mereka perlukan; dan (c) berpartisipasi dalam proses pembangunan dan keputusankeputusan yang mempengaruhi mereka (Suharto 2005).

Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang secara relatif mandiri, cukup lama hidup bersama, mendiami suatu wilayah tertentu, memiliki kebudayaan yang sama, dan melakukan sebagian besar kegiatannya di dalam kelompok tersebut. masyarakat sebagai kelompok manusia yang telah hidup dan bekerjasama cukup lama sehingga mereka dapat mengatur dan menganggap diri mereka sebagai suatu kesatuan social dengan batas yang dirumuskan secara jelas (Satria, 2002:8)



Adapun wilayah pesisir adalah suatu wilayah peralihan antara daratan dan lautan, yang apabila ditinjau dari garis pantai, maka wilayah pesisir memiliki dua macam batas, yaitu batas sejajar garis pantai dan batas yang tegak lurus garis pantai.  Dengan demikian, masyarakat pesisir adalah sekelompok manusia yang secara relatif mandiri, cukup lama hidup bersama, mendiami uatu wilayah pesisir, memiliki kebudayaan yang sama, yang identik dengan alam pesisir, dan melakukan kegiatannya di dalam kelompok tersebut.  Masyarakat pesisir atau masyarakat desa pantai merupakan wujud komunitas kecil, dengan ciri-cirinya sebagai berikut:
a.    Mempunyai identitas yang khas (distictiveness)
b.    Terdiri dari jumlah penduduk dengan jumlah yang cukup terbatas (smallnees)  sehingga saling mengenal sebagai individu yang berkepribadian;
c.    Bersifat seragam dengan differensiasi terbatas (homogeneity);
d.   Kebutuhan hidup penduduknya sangat terbatas sehingga semua dapat dipenuhi sendiri tanpa bergantung pada pasar di luar (all-providing self sufficiency)
e.    Memiliki karakter keras, tegas dan terbuka
f.      Cepat menerima perubahan
g.    Kompetitif dan Prestise
h.     Memiliki keragaman dalam tingkat dan prilaku ekonomi (Satria, 2002:11-12)

Dalam position paper pemberdayaan masyarakat pesisir Departemen Kelautan dan Perikanan disebutkan, bahwa berdasarkan karakteristik masyarakat pesisir (nelayan) dan cakupan pemberdayaan, maka pemberdayaan nelayan patut dilakukan secara komprehensif. Pembangunan yang komprehensif, yakni pembangunan dengan memiliki ciri-ciri: (1) berbasis lokal (melibatkan sumberdaya lokal sehingga return to local resource dapat dinikmati oleh masyarakat lokal. Sumberdaya lokal yang patut digunakan adalah sumberdaya manusia dan sumberdaya alam, (2) berorientasi pada peningkatan kesejahteraan (menitikberatkan kesejahteraan masyarakat dan bukannya peningkatan produksi), (3) berbasis kemitraan (kemitraan yang mutualistis antara orang lokal atau orang miskin dengan orang yang lebih mampu, untuk membuka akses terhadap teknologi, pasar, pengetahuan, modal, manajemen yang lebih baik atau profesional, serta pergaulan bisnis yang lebih luas, (4) secara holistik atau multi aspek (pembangunan mencapai semua aspek, setiap sumberdaya lokal patut diketahui dan didayagunakan), dan (5) berkelanjutan (keberlanjutan dari pembangunan itu sendiri, mencakup aspek ekonomi dan sosial) (DKP: 2002).

B.       Limbah Rumah Tangga
Limbah rumah tangga adalah limbah yang berasal dari dapur, kamar mandi, cucian, limbah bekas industri rumah tangga dan kotoran manusia. Limbah merupakan buangan atau sesuatu yang tidak terpakai berbentuk cair, gas dan padat. Dalam air limbah terdapat bahan kimia yang sukar untuk dihilangkan dan berbahaya. Bahan kimia tersebut dapat memberi kehidupan bagi kuman-kuman penyebab penyakit disentri, tipus, kolera dan penyakit lainnya. Air limbah tersebut harus diolah agar tidak mencemari dan tidak membahayakan kesehatan lingkungan. Air limbah harus dikelola untuk mengurangi pencemaran (Prabowo, 2014: 7).

Limbah cair rumah tangga atau domestik adalah air buangan yang berasal dari penggunaan untuk kebersihan yaitu gabungan limbah dapur, kamar mandi, toilet, cucian, dan sebagainya (Puji dan Nur Rahmi, 2009). Komposisi limbah cair rata-rata mengandung bahan organik dan senyawa mineral yang berasal dari sisa makanan, urin, dan sabun. Sebagian limbah rumah tangga berbentuk suspensi, lainnya dalam bentuk bahan terlarut. Di kota besar misalnya, beban organik (organic load) limbah cair domestik dapat mencapai sekitar 70% dari beban organik total limbah cair yang ada dikota tersebut. Limbah cair rumah tangga memiliki karakteristik yaitu TSS 25-183 mg/l, COD 100-700 mg/l, BOD 47-466 mg/l, Total Coliforms 56 - 8,03x107 CFU/100 ml (Li: 2009).

Deterjen merupakan salah satu produk limbah cair rumah tangga yang semakin merisaukan. Limbah deterjen yang membentuk genangan air akan menimbulkan bau tidak sedap. Bila meresap ke dalam tanah, limbah ini  akan mempengaruhi  kondisi air bawah tanah. Air bawah tanah yang sudah tercemar oleh bahan kimia kandungan limbah deterjen berpengaruh pada kualitas  air sumur  sebagai sumber air minum di suatu lingkungan masyarakat. Untuk limbah deterjen yang disalurkan ke telaga atau danau akan menimbulkan kerusakan pada ekosistem air tempat tersebut. Bahan kimia yang terlarut dalam air akan mempengaruhi kehidupan organisme dan mikroorganisme dalam air. Kehidupan organisme seperti bermacam tumbuhan air dan ikan. Kehidupan mikroorganisme  seperti plankton, pitoplankton, alga, ganggang biru, serta hewan dan tumbuhan bersel satu lainnya. Mikroorganisme tersebut merupakan sumber makanan bagi ikan-ikan yang hidup dalam air (Matrapendidikan: 2014).

C.      Infrastruktur dan Konektivitas Menyongsong Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia

Indonesia merupakan negara maritim dan sudah menjadi bagian dari jalur perdagangan laut yang penting sejak masa prasejarah, khususnya di Selat Malaka. Namun, hubungan perdagangan Nusantara dengan China dan India baru dimulai pada abad ke-3 Masehi. Hal ini dibuktikan dengan tulisan dari Fa-Hsien, yang berlayar dari India ke China melalui Jawa. (Marsetio,2014: 5)

Walaupun Indonesia merupakan negara maritim sejak masa prasejarah, pemanfaatan potensi ekonomi laut masih belum maksimal karena pemerintah tidak terlalu serius menggarap sektor kelautan dan perikanan (Aziz, 2014: 6). Pembangunan dan ekonomi Indonesia masih berbasis pada eksplorasi dan pengolahan wilayah daratan, padahal perairan Indonesia lebih luas dan potensial untuk peningkatan kesejahteraan rakyat. Hal tersebut yang mendasari pemikiran Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk mengembangkan visi poros maritim dunia.

Visi poros maritim dunia yang diusung oleh pemerintahan Presiden Joko Widodo adalah sebuah perubahan besar dan sangat strategis. Dan yang harus menjadi perhatian utama di dalam pelaksanaannya adalah yang menyangkut konektivitas maritim. Sebab, konektivitas maritim adalah salah satu kunci dalam meningkatkan dan mengembangkan ekonomi kawasan yang berhubungan dengan berbagai infrastruktur secara terkait. Bahkan, konektivitas maritim dinilai sebagai salah satu landasan strategis bagi terbentuknya visi poros Maritim.

Pembangunan konektivitas ini selain bernilai dari aspek ekonomi, juga mempunyai dampak luas yaitu terciptanya hubungan yang harmonis antar negara di kancah internasional. Konektivitas maritim sebagai landasan strategis sangat erat kaitannya dengan pembangunan infrastruktur pelabuhan serta infrastruktur pendukung lainnya di berbagai titik-titik strategis di seluruh wilayah Indonesia, karena dampaknya akan langsung dirasakan bagi perekonomian masyarakat, baik secara langsung maupun tidak langsung (Persatuan Purnawirawan Angkatan Laut, 2015).

Indonesia harusnya lebih memerhatikan infrastruktur laut. Karena laut merupakan sarana angkut paling murah dibandingkan dengan infrastruktur lainnya. Pembangunan infrastruktur yang baik (tepat sasaran sesuai dengan geografi s Indonesia) akan mendorong pertumbuhan ekonomi. Mahan (1890) mengatakan, “If a country be imagined having a long seaboard, but entirely without  a harbor, such a country can have no sea trade of its own, no shipping, no navy.….. Numerous and deep harbors are a source of strength and wealth.”

Pembangunan infrastruktur dan konektivitas maritim akan menunjang kegiatan perekonomian wilayah laut Indonesia, oleh karena itu pemerintah Indonesia harus memperhatikan sektor pembangunan infrastruktur dengan mempertimbangkan berbagai macam hal terkait kenyamanan infrastruktur, pengawasan pembangunan dan pengelolaan infrastruktur yang terarah untuk mengambil peluang yang ada dalam upaya mewujudkan poros maritim Indonesia. Mengingat Indonesia juga memiliki undang-undang yang mengatur mengenai wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil (UU No 1 Tahun 2014), hal tersebut dapat mendukung untuk dilaksanakannya sebuah penataan wilayah. (Kurniastuti, 2015).

Infrastruktur fisik harus dibangun secara merata dari wilayah barat sampai timur, atau setidaknya harus memenuhi kebutuhan kapal-kapal, baik militer ataupun non-militer yang berlayar di sepanjang ALKI I sampai III. Pembangunan infrastruktur militer jelas akan mendukung interkonektivitas sektor laut sehingga memperlancar setiap arus barang, jasa, maupun manusia. Tentunya sektor distribusi barang-jasa dan manusia memiliki peran penting bagi kebutuhan pertahanan maritim nasional.

Selain itu, Konektivitas kawasan akan menjadi lebih aman ketika sektor laut Indonesia dibekali sarana fisik yang mencukupi dan memadai. Konektivitas akan mendukung percepatan pembangunan ekonomi dan pertahanan nasional karena secara cepat atau lambat akan berdampak pada cepatnya akses informasi dari wilayah satu ke wilayah lainnya. Penguatan kapasitas kelembagaan, kerjasama, dan koordinasi antar instansi di sektor laut juga akan semakin baik ketika dibekali oleh infratruktur fisik yang memadai. (Praditya, 2015).















BAB III
METODE PENULISAN
A.      Jenis Tulisan
Jenis tulisan yang digunakan dalam karya tulis ilmiah ini adalah penelitian pustaka (library research), yang bersifat deskriptif dengan memaparkan dan menggambarkan pemberdayaan masyarakat pesisir melalui strategi pengolahan limbah rumah tangga berbasis teknologi di Desa Nelayan Kota Makassar Sulawesi Selatan.

B.       Objek Tulisan
Objek dari tulisan ini adalah pemberdayaan masyarakat pesisir melalui strategi pengolahan limbah rumah tangga berbasis teknologi dalam mengembangkan infrastruktur dan konektivitas menyongsong Indonesia sebagai poros maritime Dunia (Desa Nelayan Kota Makassar Sulawesi Selatan).
      
C.      Teknik Pengumpulan  Data
Data-data yang yang di peroleh dalam karya tulis ilmiah ini adalah berupa data sekunder yaitu data dari berbagai literatur untuk mendapat atau memperoleh dasar dan kerangka teoritis mengenai masalah yang dibahas atau mencari informasi yang erat hubungannya dengan rumusan masalah. Seperti data dari internet, jurnal, artikel, buku, dan lain-lain.
1.    Studi Kepustakaan


Berangkat dari asumsi bahwa studi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang dianggap mampu mendukung validitas data penelitian dengan menggunakan media kepustakaan sebagai sumber informasi, Penulis melakukan penjelajahan informasi melalui berbagai referensi pemberdayaan masyarakat pesisir  dalam menyongsong Indonesia sebagai poros maritime Dunia
2.    Internet Searching
Penelitian dengan menggunakan internet searching sebagai salah satu mekanisme pengumpulan data yakni dengan mencari artikel dan materi materi yang terkait dengan masalah yang sedang di teliti dengan menggunakan media internet.

D.      Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan Penulis dalam penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu dengan melakukan beberapa tahap :
1.    Reduksi data (data reduction)
Reduksi data adalah proses pemilihan data telah terkumpul. Lalu diseleksi kemudian dirangkum dan disesuaikan dengan fokus berdasarkan rumusan masalah yang telah dibuat. Kemudian data dikelompokkan berdasarkan kategori tertentu, untuk dicari tema dan polanya. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, serta membuang data yang tidak perlu dan mengorganisasikan data.
2.    Penyajian Data (data display)
Penyajian data adalah sekumpulan informasi yang akan memberikan gambaran penelitian secara menyeluruh. Dengan kata lain menyajikan data secara terperinci dan menyeluruh dengan mencari pola hubungannya.
3.    Penarikan Kesimpulan (conclusion drawing)
Kesimpulan merupakan kegiatan yang dilakukan dengan tujuan mencari arti, makna, penjelasan yang dilakukan terhadap data yang telah dianalisis dengan mencari hal-hal penting. Kesimpulan ini disusun dalam bentuk pernyataan tentang implementasi pemberdayaan masyarakat pesisir melalui strategi pengolahan limbah rumah tangga berbasis teknologi dalam mengembangkan infrastruktur dan konektivitas menyongsong indonesia sebagai poros maritim dunia (Desa Nelayan Kota Makassar Sulawesi Selatan)


BAB IV
PEMBAHASAN
A.      Strategi Pengolahan Limbah Rumah Tangga Berberbasis Teknologi
Dalam kehidupan, manusia tidak dapat dilepaskan dari berbagai jenis limbah yang dihasilkan dari aktivitas manusia sehari-hari yang semakin hari semakin banyak jumlahnya. Limbah perkotaan telah menjadi masalah yang cukup rumit sehingga kadang sulit untuk mengatasinya. Begitu pula dikawasan pesisir, pertumbuhan populasi manusia di kawasan pesisir menyebabkan dinamika bagi interakasi antara manusia dan lingkungan pesisir. Hubungan interaksi tersebut umumnya bersifat negatif karena adanya konsentrasi manusia di pesisir membawa dampak negatif bagi lingkungan pesisir. Sampah, pencemaran, eutrofikasi, erosi pantai (abrasi), hilangnya keanekaragaman hayati menjadi persoalan di banyak kawasan pesisir di dunia, akibatnya dampak tersebut juga membawa pengaruh negatif bagi keberlanjutan kehidupan manusia di kawasan pesisir.

Semakin modernnya kehidupan semakin kurang sadar manusia akan makna sebuah lingkungan yang lestari, tentunya dapat dilihat lingkungan disekitar kita yang masih banyak sampah yang tidak dibuang pada tempatnya. Apalagi didaerah pesisir, sebagian besar permasalahan lingkungan yang menyebabkan kerusakan kawasan pesisir terjadi akibat dari kegiatan-kegiatan di darat. Ditambah lagi presepsi masyarakat yang selama ini masih memandang limbah aktivitas manusia sehari-hari sebagai barang sisa yang tidak berguna, bukan sebagai sumberdaya yang perlu dan dapat dimanfaatkan, hal ini dikarenakan SDM yang rendah akibat rendahnya tingkat pendidikan masyarakat didaerah pesisir.



Sehingga perlu adanya pemberdayaan masyarakat melalui inovasi pengolahan limbah didarah pesisir. Dalam tulisan ini kami mengelompokkan dua jenis limbah, yaitu limbah cair dan limbah padat. Adapun  cara pengolahannya kedua limbah tersebut sehingga mampu memberikan output yang berguna dan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat dalam kehidupan sehari-hari digambarkan dalam bagang berikut.



                                                                      
              

Berdasarkan bagang diatas maka dapat diuraikan :
1.    Limbah Cair
Limbah cair adalah semua limbah yang berbentuk cairan atau berada dalam fase cair seperti air seni atau urine, air pencucian alat-alat. Komponen utama limbah cair adalah air (99%) sedangakan komponen lainnya bahan padat yang bergantung asal buangan tersebut.

Kegiatan rumah tangga seringkali menimbulkan limbah domestik berupa limbah cair dan padat. Limbah cair domestik dapat dibagi dibagi dalam dua kategori, yaitu: (1) limbah cair yang berasal dari air cucian seperti sabun, deterjen, minyak dan pestisida; (2) limbah cair yang berasal dari kakus seperti sabun, shampoo, tinja dan air seni. Maka dari itu untuk mengolah limbah yang dihasilkan dari kegiatan tersebut dapat dilakukan dengan beberapa proses pengolahan seehingga menghasilkan output yang bermanfaat bagi masyarakat didaerah pesisir, namun sebelum sampai kepada tahap ini terbelih dahulu akan dipasang pipa-pipa saluran pada setiap rumah, yang diletakkanpada tempat cuci yang menghasilkan limbah buangan air cucian baik deterjern, sabun dan sejenisnya. Saluran tempat cuci ini disatukan dengan saluran pembuangan pipa kamar mandi, sedangkan untuk tinja dan urin memiliki tempat pembuangan yang sama yaitu di kloset, akan tetapi digunakan saluran yang terpisah, jadi disini digunakan kloset khusus yang mampu memisahkan urin dan tinja, seperti yang tampak pada gambar berikut.




Pada gambar diatas terlihat bahwa pada bagian atas kloset terdapat lubang-lubang sebagai tempat urin, sehingga saluran pembuangan urin dan tinja memiliki tempat yang berbada.

Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, bahwa setiap rumah memilii tiga pipa pembuangan limbah, diantaranya limbah sabun cuci dan air mandi, urin serta tinja. Dari ketiga limbah tersebut akan disalurkan kedalam bak penampungan yang terdiri dari 3 bagian sesuai dengan jumlah saluran limbah rumah tangga seperti yang terlihat pada gambar.4.2.  Bak penampungan ini memiliki kapasitas untuk empat rumah tangga dalam satu lokasi yang saling berdekatan, dikarenakan beberapa pertimbangan antara jarak dan waktu yang diperlukan untuk limbah sampai kebak penampungan.



Setelah limbah rumah tangga sampai ketempat penampungan maka akan diproses lebih lanjut, adapun pengolahan limbah dari bak penampungan akan diuraikan sebagai berikut:
a.    Limbah Rumah Tangga Jenis Urin

Urin manusia dapat dijadikan dan dimanfaatkan menjadi festisida  organic dengan cara memprosesnya melalui proses fermentasi. Pada proses fermentasi urine memiliki kelebihan jika dibandingkan dengan urine yang tidak difermentasi, yaitu meningkatkan kandungan hara yang terdapat pada urine tersebut yang dapat menyuburkan tanaman. Selain itu, bau urine yang telah difermentasi menjadi kurang menyengat jika dibandingkan dengan bau urine yang belum difermentasi.

Adapun cara pembuatan dari pestisida organic ini yaitu rempah pilihan dan gula dipanaskan hingga mendidih. Gula berguna dalam proses fermentasi dan menyuburkan mikroorganisme yang ada didalam tanah sedangkan rempah berguna untuk menurunkan bau menyengat dari urin. Selanjutnya campurkan urin dan bahan rempah dalam drum plastik, perlu diperhatikan drum jangan terlalu penuh lalu Tutup rapat drum dan diamkan selama 2 minggu. Setiap hari 2 kali atau pagi dan sore tutup dibuka untuk membuang gas yang di hasilkan.Pestisida cair yang telah jadi, dapat langsung digunakan atau dapat dikemas dalam suatu produk.

b.    Limbah Rumah Tangga Jenis Air Cucian

Air cucian hasil dari limbah rumah tangga mengandung zat pencemar bagi tanah dan laut. Limbah ini penyebab utama rusaknya lingkungan laut di Desa Nelayan. Namun dengan melakukan penyaringan air cucian dapat menghilangkan zat pencemar seperti zat timbal, detergent dan zat besi. Pada strategi pengolahan limbah rumah tangga air cucian masyarakat ditampung dalam wadah penampungan. Setelah itu dialirkan pada drum yang didalamnya terdapat bahan penyaring. Pada proses inilah penyaringan air cucian akan berlangsung sebelum dialirkan ke laut. Komponen penyusun dalam drum penyaring seperti karbon aktif, pasir zeolit dan ijuk.

Proses filtrasi air cucian hasil limbah rumah tangga akan  menghilangkan kekeruhan, bau, warna pada air. Sehingga air hasil penyaringan dapat dialirkan langsung ke laut, air tersebut tidak akan mencemari laut. Untuk perawatan saringan air sederhana tersebut, bersihkanlah saringan air tersebut secara rutin setiap 2-3 bulan sekali terutama bila debit air yang keluar semakin kecil atau bila kualitas air yang dihasilkan mulai berkurang (menjadi keruh). Cara membersihkannya pun cukup dengan mengeluarkan semua isi saringanlalu cuci bersih semuanya dan jemur hingga kering. Bila telah kering masukkan kembali bahan-bahan tersebut ke dalam saringan seperti semula. Untuk menjaga kualitas saringan air, gantilah injuk yang digunakan paling lama setiap 6 bulan sekali. 

c.    Limbah Rumah Tangga Jenis Tinja dan Limbah Organik

Teknik Pengolahan tinja Menjadi Pupuk  di lakukan dengan cara pengomposan. Cara pengomposan yaitu tinja disimpan dalam penampungan dan dicampur dengan sampah organik berupa daun, sisa makanan dan lain sebagainya. Campuran ini akan mengalami pembusukan dan terurai. Setelah 6—8 bulan biasanya sudah bisa dipanen sebagai kompos.

2.    Limbah Padat

Limbah padat merupakan hasil dari kegiatan industri dan domestik. Limbah domestik pada umumnya berbentuk limbah padat rumah tangga berupa sampah. Sampah ini terbagi atas 2 bagian yaitu sampah organik dan anorganik.  Disekitar wilayah pesisir khusunya daerah laut, kita sering menemui kedua jenis sampah ini. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang cara mengolah sampah menjadi salah satu kendala masyarakat didaerah pesisir, hingga sampa yang dihasilkan pada akhirnya akan dibuang kelau. Tentu saja, sampah yang dibuang kelaut dapat menimbulkan dampak negatif berupa pencemaran air laut serta pencemaran udara yang pada akhirnya akan berimbas pada kehidupan masyarakat disekitarnyat.

Maka dari itu diperlukan suatu pengolahan secara tepat untuk mengatasi kerugian yang ditimbulkan dari sampah tersebut. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, limbah padat terdiri dari sampah organik dan anorganik. Untuk sampah oganik akan dicampur dengan tinja, yang kemudia diolah melalui proses pengomposan hingga menghasilkan pupuk organik. Sedangkan untuk sampah anorganik akan diproses sedemikian rupa hingga menghasilkan sebuah kerajinan.

Teknologi yang digunakan untuk untuk pengelolaan sampah anorganik yaitu trash Trash future solar fanel. Trash future solar fanel alat pengelolah sampah yang menggunakan tenaga surya sebagai energi yang akan menggerakkan mesin didalam alat. Penggunaan solar sel ini dikarenakan, didaerah pesisir ruang terbuka sangat luas sehingga  supley cahaya matahari sangat besar, selain itu energi dari solar sel ini merupakan energi yang ramah lingkungan dan juga yang tidak memakan banyak biaya.
Adapun model sistem pembangkit listrik tenaga matahai yang kami gunakan , yaitu sistem Off-grid solar system. Secara umum sistem Off-grid solar system tidak terintegrasi sama sekali pada pasokan listrik eksternal (PLN). Sistem Off-grid solar system menggunakan penyimpan daya (baterai) untuk kebutuhan listrik utamanya serta kebutuhan listrik cadangannya. Setelah energi yang dari matahari yang diserap oleh solar panel maka selanjut energi yang telah diubah menjadi listrik tersebut akan digunakan untuk proses pengolahan sampah pada trash future. Proses pengolah limbah anorganik dimulai dengan pemasukan sampah pada alat, pemotongan sampah, pengayak sampah, pembakaran sampah sampai menghasilkan output kerajinan seperti pot bunga.


Kerajinan

Panel  surya

Tiang

Anorgan ikik

Pemotong

Pengayak 

pembakaran

Cerobong asap
Adapun gambaran dari Trash Future solar fanel adalah

Gambar 4.3. model dari tras futute solar panel.

B.       Tahapan Implementasi Penerapan Strategi Pengolahan Limbah Rumah Tangga Berbasis Teknologi

Sesuai tujuan dari penerapan strategi pengolahan limbah rumah tangga berbasis teknologi, ada tiga sasaran yang ingin dicapai yakni mengurangi limbah hasil kegiatan manusia dalam kehidupan sehari-hari yang merusak ekosistem laut, masyarakat mampu mengolah limbah dari kegiatan sehari-hari menjadi lebih berguna serta meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap estetika lingkungan melalu pemberdayaan yang dilakukan. Merujuk hal tersebut, maka ada beberapa langkah untuk melaksanakan program tersebut. Langkah-langkah yang dilakukan saling berkaitan, terintegrasi dan saling mendukung satu sama lain.


1.    Pemberdayaan dan Pengembangan Masyarakat (Community Development)

Program ini dilaksanakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat. Selain masyarakat mampu mengurangi pencemaran lingkungan di kawasan pesisir, mereka juga dapat meningkatkan estetika lingkungan dan sumber pendapatan bagi masyarakat setempat dengan adanya inovsai pengolahan limbah yang akan diterapkan. Dalam melaksanakan kegiatan ini maka adanya pemberdayaan masyarakatsetempat untuk berpartisipasi aktif dalam mendukung keberlanjutan program ini. Oleh karena itu, kami akan membentuk suatu komunitas yang terdiri dari masyarakat setempat. Hal ini dilakukan agar semua masyarakat setempat dapat turut berpartisipasi aktif dalam menjaga lingkungannya.

Adapun untuk membentuk komunitas tersebut dilakukan beberapa tahapan, diantaranya:

a.    Musyawarah Mahasiswa dan Masyarakat

Tahap awal yang dilakukan adalah melakukan musyawarah dengan masyarakat setempat yang memiliki pengaruh besar terhadap masyarakat disana seperti lurah, ketua RT/RW, dan masyarakat lainnya. Dalam musyawarah ini, akan disampaikan maksud dan tujuan dari program ini serta meminta izin untuk menerapkan strategi pengolahan limbah rumah tangga berbasis teknologi di kawasan tersebut. Selain itu, akan disampaikan pula teknis kegiatan yang akan dilakukan yaitu berupa sosialisasi langsung ke masyarakat melalui poster, brosur, penyuluhan.

b.    Pembentukan Komunitas Peduli Lingkungan

Tahap kedua setelah melakukan musyawarah adalah membentuk suatu komunitas peduli lingkungan yang akan membantu dalam keberlanjutan penerapan strategi pengolahan limbah rumah tangga berbasis teknologi di kawasan ini, baik pada saat pelaksanaan maupun untuk controling kedepannya. Pembentukan komunitas ini juga bertujuan agar masyarakat dapat berpartisipasi aktif dalam menanggapi permasalahan disekitarnya. Program penerapan strategi pengolahan limbah rumah tangga berbasis teknologiyang dicanakan tidak hanya untuk mengurangi dampak dari limbah yangdihasilkan oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari tetapi juga dapat menghasilkan output yang berguna bagi masyarakat. Oleh karena itu, komunitas peduli lingkungan ini nantinya mampu mendirikan sebuah koperasipengolahan limbah rumah tangga beberbasis teknologi.

Komunitas ini akan dibentuk layaknya sebuah organisasi yakni memiliki struktur kepengurusan. Para pengurus komunitas merupakan masyarakatyang berada dikawasan pesisr. Komunitas ini terdiri dari koordinator yang bertanggung jawab atas segala bentuk aktivitas dari komunitas itu sendiri. Koordinator juga merupakan orang yang mengkoordinir kepengurusan komunitas ini.

c.    Penyusunan Teknis

perumusan materi penyuluhan dan penentuan narasumber. Sebelum pelaksanaanpenerapan strategi pengolahan limbah rumah tangga berbasis teknologi, terlebih dahulu dirumuskan teknis acara untuk penyuluhan kepada masyarakat. Langkah-langkah yang akan dilakukan untuk menyusun teknis acara, yaitu :

1)   Menyusun rundown acara
Langkah awal yang akan dilakukan adalah menyusun rundown acara. Acara akan dilaksanakan pada hari sabtu atau minggu dikarenakan pada hari tersebut masyarakat libur dari aktivitas bekerja dan bersekolah.
2)   Menentukan materi penyuluhan dan mencari narasumber Selanjutnya adalah mempersiapkan materi untuk penyuluhan. Secara garis besar materi yang akan diberikan kepada masyarakat adalah mengenai penerapan strategi pengolahan limbah rumah tangga berbasis teknologisecara keseluruhan beserta manfaatnya. Akan ada dua narasumber utama yang akan menjadi pembicara dalam penyuluhan, yaitu ahli lingkungan.

2.    Pelaksana Penerapan Strategi Pengolahan Limbah Rumah Tangga Berbasis Teknologi

Langkah awal yang dilakukan pada tahap ini yaitu mahasiswa beserta tokoh masyarakat setempat mengumpulkan sejumlah warga di lapangan terbuka. Kegiatan yang akan dilakukan adalah sosialisasi berupa penyuluhan yang menyangkut dampak dari limbah yang dihasilkan dalam kehidupan sehari-hari, dan cara mengatasinya dengan melakukan penerapan strategi pengolahan limbah rumah tangga berbasis teknologi.

Selain penyuluhan, masyarakat juga dapat melihat secara langsung penerapan teknologi dalam prosespengolahan limbah yang dilakukan oleh narasumber, sehingga menghasilkan output yang berguna dan dapat dimanfaat. Dalam mendukung keberlanjutan pelaksanaan strategi pengolahan limbah rumah tangga berbasis teknologi, maka perlu dilakukan penguatan kelembagaan dan pendampingan kelompok tani dalam mendukung kemandirian lokal masyarakat. Selain itu, dilakukan juga kerjasama dengan pemangku kepentingan masyarakat sepertiLSM, perguruan tinggi dan Pemerintah Daerah setempat. Rencana kegiatan yang akan dilakukan ditunjukkan pada bagan berikut:



Kurangnya pengetahuan masyarakat pesisir dalam mengatasi dan mengolah limbah yang dihasilkan dalam kehidupan sehari-hari

Masalah


Mahasiswa

Pemerintah

Stakeholder Lain

Masyarakat

Penyuluhan partisipatif

ACM ( Sosialisasi dan perencanaan )


Pemberian materi tentang pengolahan limbah berbasis teknologi


-          Pendampingan Kelompok
-          Penguatan Kelembagaan

-          Pendampingan Kelompok
-          Penguatan Kelembagaan

-          Penerapan
-          Pendampingan
-          Evaluasi dan konttroling

Pengolahan limbah berbasis teknologi
 

 

 

 

 

 




















Bagang. 4.2.Pengutan kelembagaan masyarakat.

Dengan diterapkannya strategi pengolahan limbah rumah tangga basis teknologi di Desa Nelayan maka dapat diprediksi keberhasilan program. Adapun manfaat dari program ini sebagai berikut:

a.    Masyarakat Pesisir yang Mandiri

Masyarakat pesisir mampu mengelolah sendiri Desa Nelayan melalui kerjasama antar masyarakat memperbaiki infrastruktur desa. Disisi lain output yang dihasilkan dari serangkain proses limbah akan berdayaguna dan bernilai ekonomis bagi masyarakat.

b.    Masyarakat Mengenal IPTEK

Karena strategi ini melibatkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) dalam penerapannya maka akan berdampak pada penurunan angka GAPTEK di masyarakat pesisir.

c.     Budaya Cinta Lingkungan

Proses pemberdayaan masyarakat akan menanamkan rasa cinta dan budaya peduli lingkungan hidup. Sehingga pemukiman penduduk di pesisir Desa Nelayan akan bersih, sehat dan bebas dari limbah. Selain itu program ini dapat mengubah pola pikir masyarakat pesisir yang produktif yaitu mengubah limbah rumah tangga menjadi produk.

d.    Menyongsong Indonesia sebagai poros maritim dunia

Serangkaian sistem dan kegiatan pada program pembangunan Desa Nelayan ini merujuk pada pencapaian Indonesia sebagai poros maritim dunia. Yang diawali perbaikan infrastruktur desa pesisir khususnya pada pemecahan masalah pengolahan limbah rumah tangga. Tujuan utama perbaikan infrastruktur tersebut untuk memperbaiki ekosistem laut akibat pencemaran rumah tangga, sehingga potensi laut seperti ikan, terumbuh karang, air laut dan sebagainya dapat menjadi potensi yang dibudidaya kembangkan sebagai indikator menjadi poros maritim dunia.

Melalui proses pemberdayaan masyarakat akan meningkatkan koneksi atau mempererat hubungan masyarakat dengan pemerintah sehingga tujuan poros maritim dunia dapat tercapai. Dengan tertanamnya budaya-budaya cinta lingkungan pesisir dan laut juga akan semakin mempermudah pencapaian poros maritim dunia.




BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.      Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa:
1.      Strategi pengolahan limbah rumah tangga dilakukan dengan mengolah limbah cair dengan  melakukan  filterilisasi terhadap limbah air cuci  dan memanfaatkan urin manusia menjadi festisida  organik, serta melakukan pengomposan pada tinja yang dicampur dengan samapah organik hingga  menjadi pupuk. Sedangkan limbah padat yang meliputi sampah anorganik akan diproses sedemikian rupa hingga menghasilkanoutput sebuah kerajinan. Proses pengolahan dilakukan dengan menggunakan teknologi tepat guna yang ramah lingkungan yaitu Trash future solar fanel.

2.      Metode Implementasi yang diterapkan untuk mengembangkan infrastruktur dan konektivitas maritim dengan memerdayakan dan mengembangkan masyarakat (Community development) serta membentuk suatu komunitas peduli lingkungan yang terdiri dari masyarakat setempat. Kegiatan yang akan dilakukan adalah sosialisasi berupa penyuluhan yang menyangkut dampak dari limbah yang dihasilkan dalam kehidupan sehari-hari, dan cara mengatasinya dengan melakukan penerapan strategi pengolahan limbah rumah tangga berbasis teknologi. Selain penyuluhan, masyarakat juga dapat melihat secara langsung penerapan teknologi dalam proses pengolahan limbah.

B.       Saran
Adapun saran dalam karya tulis ilmiah ini ditujuhkan kepada berbagai pihak, yaitu:

1.        


Pihak Pemerintah: Diharapkan dapat membantu dalam mengimplemetasikan ide strategi pengolahan limbah rumah tangga pada daerah pesisir sehingga dapat bermanfaat bagi pembangunan infrastruktur dan konektivitas menyongsong Indonesia sebagai poros maritime dunia.
2.         Pihak Akademi: agar lebih aktif melakukan penelitian-penelitian dan inovasi yang bersifat membantu pemberdayaan masyarakat pesisir untuk menyongsong Indonesia sebagai poros maritim dunia
3.         Pihak Penulis Lainnya: Diharapkan dapat mengembangkan ide dalam karya tulis ilmiah ini menuju perbaikan infrastrukut masyarakat pesisir.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Penerapan Healthy Garden sebagai Alternatif Peningkatan Pelayanan Kesehatan di Desa Limbong Kabupaten Luwu Utara

METROTANOL (Metroxylon Sago Bioetanol): sebagai Energi Alternatif Ramah Lingkungan Berbahan Dasar Limbah Cair Cucian Sagu untuk Menghadapi Krisis Energi dalam Mewujudkan Indonesia Mandiri