PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PESISIR MELALUI STRATEGI PENGOLAHAN LIMBAH RUMAH TANGGA BERBASIS TEKNOLOGI DALAM MENGEMBANGKAN INFRASTRUKTUR DAN KONEKTIVITAS MENYONGSONG INDONESIA SEBAGAI POROS MARITIM DUNIA
METROTANOL
(Metroxylon Sago
Bioetanol): sebagai Energi Alternatif Ramah Lingkungan Berbahan Dasar Limbah Cair Cucian Sagu untuk
Menghadapi Krisis Energi dalam Mewujudkan Indonesia Mandiri
Disusun
Oleh:
Hajra Yansa 10536449913 Angkatan 2013
Widya Sujarwati Sukri 10539118213 Angkatan
2013
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
KOTA
MAKASSAR
2015
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia secara
geografis merupakan sebuah negara kepulauan. Hal
ini bisa terlihat dengan adanya garis pantai hampir setiap pulau di Indonesia
(± 81.000 km) yang menjadikan Indonesia menempati urutan kedua setelah Kanada sebagai
negara yang memiliki garis pantai terpanjang di dunia. Kekuatan inilah yang
merupakan potensi besar untuk memajukan perekonomian Indonesia. Berdasarkan keterangan
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Andrinof Chaniago,
dikatakannya bahwa Jokowi ingin menjadikan Indonesia sebagai poros maritim
dunia dikarenakan
jika ditinjau secara geografis
Indonesia
merupakan sebuah negara kepulauan dengan dua pertiga luas lautan lebih besar
daripada daratan.
Namun potensi sumberdaya yang melimpah di kawasan
pesisir, lautan dan pulau-pulau kecil juga belum siap digarap secara optimal.
Sebab, SDM yang ada masih rendah. Padahal wilayah pesisir merupakan sumber pangan yang diusahakan
melalui kegiatan perikanan dan merupakan lokasi bermacam-macam sumber daya
alam, seperti mineral, gas dan minyak bumiserta pemandangan alam yang indah,
yang dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan manusia. Namun kurangnya koordinasi
dan kerjasama antara pelaku pembangunan (stake holder) kawasan pesisir, juga
turut memberi andil yang besar terhadap persoalan yang membuat potensi pesisir
kurang terkelola. Hal itu diperburuk oleh belum adanya rencana tata ruang
pesisir, lautan dan pulau-pulau kecil.
|
Seperti halnya
Masyarakat pesisir di Desa Nelayan kota Makassar dalam kehidupan sehari hari
tidak lepas dari ketergantungannya akan infrastruktur, fasilitas umum dan
sarana pendukung lingkungannya, seperti drainase, air bersih, pembuangan air
kotor dan listik. Rendahnya
akses masyarakat pesisir di Desa Nelayan kota Makassar terhadap sarana
prasarana dan rendahnya tingkat pendidikan dan pendapatan masyarakat membuat
wilayah permukiman menjadi kumuh. Data dari Kecamatan Biringkanaya Kota
Makassar menunjukkan bahwa prasarana
yang ada tidak menjangkau seluruh masyarakat seperti sumur gali dan sumur pompa
hanya terdapat 42 unit yang digunakan untuk melayani 6.041 penduduk apalagi
dengan kondisi air yang payau.Selain itu untuk sarana sanitasi berupa WC dan
jamban yang berjumlah 653 buah untuk melayani 6.041 penduduk.
Kurangnya
prasarana akan berdampak pada pencemaran atau polutan di perairan pantai yang
berasal dari kegiatan rumah
tangga,
dan aktivitas manusia yang nantinya akan terakumulasi dengan berbagai macam limbah yang dibawa
melalui aliran air hingga sampai kelaut, baik limbah cair maupun padat, sehingga di laut dapat ditemukan berbagai
jenis sampah dan bahan pencemar.
Secara normal, laut
memiliki daya asimilasi untuk memproses dan mendaur ulang bahan-bahan pencemar
yang masuk kedalamnya. Tetapi konsentrasi akumulasi bahan pencemar yang
semakin tinggi mengakibatkan daya asimilatif laut sebagai gudang sampah´
menjadimenurun dan menimbulkan masalah lingkungan. Laut tak lagi jernih dengan
aneka hasilnya yang kian menyusut
menjadi faktor kemiskinan di Desa Nelayan Kota Makassar Sulawesi Selatan.
Dengan demikian upaya
pencegahan sangat penting untuk dilakukan dan dikendalikan secaradini guna
melindungi wilayah pesisir dari daerah yang terancam pencemaran, sehingga tidak merusak
lingkungan laut, menurunkan keanekaragaman hayati dan tidak mengganggu keseimbangan
ekosistem laut. Maka dari itu diperlukan penataan ruang di kawasan pesisir
yang merupakan langkah yang sangat
penting dan strategis untuk memanfaatkan ruang pesisir secara terpadu dan
terencana serta terkendali. Sehingga kami menawarkan sebuah soluli berupa
pemberdayaan masyarakat pesisir (Desa
Nelayan Kota Makassar Sulawesi Selatan)
melalui strategi pengolahan limbah rumah tangga berbasis teknologi dalam mengembangkan
infrastruktur dan konektivitas menyongsong indonesia sebagai poros maritim
dunia.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasrakan latar belakang di atas maka
dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut:
1.
Bagaimana strategi
pengolahan limbah rumah tangga basis teknologi yang akan diterapkan di Desa
Nelayan Kota Makassar Sulawesi Selatan
2.
Bagaimana penerapan
strategi pengolahan limbah rumah tangga basis teknologi dalam Mengembangkan
Infrastruktur dan Konektivitas Menyongsong Indonesia sebagai Poros Maritim
Dunia
C.
Tujuan
Penulisan
Adapun
tujuan penulisan dalam karya tulis ilmiah ini yaitu, sebagai berikut:
1.
Untuk mengetahui
strategi pengolahan limbah rumah tangga basis teknologi yang akan diterapkan di
Desa Nelayan Kota Makassar Sulawesi Selatan.
2.
Untuk mengetahui tahapan
penerapan strategi pengolahan limbah rumah tangga basis teknologi dalam
Mengembangkan Infrastruktur dan Konektivitas Menyongsong Indonesia sebagai
Poros Maritim Dunia.
D.
Manfaat
Penulisan
Manfaat
dari penulisan karya tulis ilmiah ini yaitu:
1. Manfaat
Praktis
a.
Bagi
Masyarakat
Perubahan pola pikir
masyarakat pesisir Desa Nelayan Sulawesi Selatan, yang dapat memberdayakan
limbah rumah tangga menjadi beberapa produk bermanfaat Terciptanya penataan
lingkungan yang baik sehingga tidak mencemari air laut dan lingkungan pemukiman
warga.
b.
Bagi
Pemerintah
Strategi ini dapat
membantu dalam mengembangkan infrastruktur dan konektivitas menyongsong
indonesia sebagai poros maritim dunia khusunya di Desa Nelayan Kota Makassar
Sulawesi Selatan
2. Manfaat
Teoritis
Penulisan karya ini
dapat melatih jiwa kepenulisan penulis dan dijadikan referensi bagi penulis
lainnya yang ingin mengangkat permasalahan yang sama.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Pemberdayaan
Masyarakat Pesisir
Konsep pemberdayaan
dalam wacana pembangunan masyarakat selalu dihubungkan dengan konsep mandiri,
partisipasi, jaringan kerja, dan keadilan. Pada dasarnya, pemberdayaan
diletakkan pada kekuatan tingkat individu dan sosial. Pemberdayaan merujuk pada
kemampuan orang, khususnya kelompok rentan dan lemah sehingga mereka memiliki
kekuatan atau kemampuan dalam (a) memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga mereka
memiliki kebebasan (freedom), dalam arti bukan saja bebas dalam mengemukakan
pendapat, melainkan bebas dari kelaparan, bebas dari kebodohan, bebas dari kesakitan;
(b) menjangkau sumber-sumber produktif yang memungkinkan mereka dapat
meningkatkan pendapatannya dan memperoleh barang-barang dan jasa-jasa yang
mereka perlukan; dan (c) berpartisipasi dalam proses pembangunan dan
keputusankeputusan yang mempengaruhi mereka (Suharto 2005).
Masyarakat adalah
sekumpulan manusia yang secara relatif mandiri, cukup lama hidup bersama,
mendiami suatu wilayah tertentu, memiliki kebudayaan yang sama, dan melakukan
sebagian besar kegiatannya di dalam kelompok tersebut. masyarakat sebagai
kelompok manusia yang telah hidup dan bekerjasama cukup lama sehingga mereka
dapat mengatur dan menganggap diri mereka sebagai suatu kesatuan social dengan
batas yang dirumuskan secara jelas (Satria, 2002:8)
|
a. Mempunyai
identitas yang khas (distictiveness)
b. Terdiri
dari jumlah penduduk dengan jumlah yang cukup terbatas (smallnees) sehingga saling mengenal sebagai individu
yang berkepribadian;
c. Bersifat
seragam dengan differensiasi terbatas (homogeneity);
d. Kebutuhan
hidup penduduknya sangat terbatas sehingga semua dapat dipenuhi sendiri tanpa
bergantung pada pasar di luar (all-providing self sufficiency)
e. Memiliki
karakter keras, tegas dan terbuka
f. Cepat menerima perubahan
g. Kompetitif
dan Prestise
h. Memiliki keragaman dalam tingkat dan prilaku
ekonomi (Satria, 2002:11-12)
Dalam
position paper pemberdayaan masyarakat pesisir Departemen Kelautan dan Perikanan
disebutkan, bahwa berdasarkan karakteristik masyarakat pesisir (nelayan) dan
cakupan pemberdayaan, maka pemberdayaan nelayan patut dilakukan secara
komprehensif. Pembangunan yang komprehensif, yakni pembangunan dengan memiliki
ciri-ciri: (1) berbasis lokal (melibatkan sumberdaya lokal sehingga return to
local resource dapat dinikmati oleh masyarakat lokal. Sumberdaya lokal yang
patut digunakan adalah sumberdaya manusia dan sumberdaya alam, (2) berorientasi
pada peningkatan kesejahteraan (menitikberatkan kesejahteraan masyarakat dan
bukannya peningkatan produksi), (3) berbasis kemitraan (kemitraan yang
mutualistis antara orang lokal atau orang miskin dengan orang yang lebih mampu,
untuk membuka akses terhadap teknologi, pasar, pengetahuan, modal, manajemen
yang lebih baik atau profesional, serta pergaulan bisnis yang lebih luas, (4)
secara holistik atau multi aspek (pembangunan mencapai semua aspek, setiap
sumberdaya lokal patut diketahui dan didayagunakan), dan (5) berkelanjutan
(keberlanjutan dari pembangunan itu sendiri, mencakup aspek ekonomi dan sosial)
(DKP: 2002).
B.
Limbah
Rumah Tangga
Limbah
rumah tangga adalah limbah yang berasal dari dapur, kamar mandi, cucian, limbah
bekas industri rumah tangga dan kotoran manusia. Limbah merupakan buangan atau
sesuatu yang tidak terpakai berbentuk cair, gas dan padat. Dalam air limbah
terdapat bahan kimia yang sukar untuk dihilangkan dan berbahaya. Bahan kimia
tersebut dapat memberi kehidupan bagi kuman-kuman penyebab penyakit disentri,
tipus, kolera dan penyakit lainnya. Air limbah tersebut harus diolah agar tidak
mencemari dan tidak membahayakan kesehatan lingkungan. Air limbah harus
dikelola untuk mengurangi pencemaran (Prabowo, 2014: 7).
Limbah cair rumah
tangga atau domestik adalah air buangan yang berasal dari penggunaan untuk
kebersihan yaitu gabungan limbah dapur, kamar mandi, toilet, cucian, dan
sebagainya (Puji dan Nur Rahmi, 2009). Komposisi limbah cair rata-rata
mengandung bahan organik dan senyawa mineral yang berasal dari sisa makanan,
urin, dan sabun. Sebagian limbah rumah tangga berbentuk suspensi, lainnya dalam
bentuk bahan terlarut. Di kota besar misalnya, beban organik (organic load)
limbah cair domestik dapat mencapai sekitar 70% dari beban organik total limbah
cair yang ada dikota tersebut. Limbah cair rumah tangga memiliki karakteristik
yaitu TSS 25-183 mg/l, COD 100-700 mg/l, BOD 47-466 mg/l, Total Coliforms 56 -
8,03x107 CFU/100 ml (Li: 2009).
Deterjen merupakan salah satu produk limbah cair rumah tangga yang
semakin merisaukan. Limbah deterjen yang membentuk genangan air
akan menimbulkan bau tidak sedap. Bila meresap ke dalam tanah, limbah ini
akan mempengaruhi kondisi air bawah tanah. Air bawah tanah yang sudah
tercemar oleh bahan kimia kandungan limbah deterjen berpengaruh pada kualitas
air sumur sebagai sumber air minum di suatu lingkungan masyarakat. Untuk limbah deterjen yang disalurkan ke telaga atau danau
akan menimbulkan kerusakan pada ekosistem air tempat tersebut. Bahan kimia yang
terlarut dalam air akan mempengaruhi kehidupan organisme dan mikroorganisme
dalam air. Kehidupan organisme seperti bermacam tumbuhan air dan ikan.
Kehidupan mikroorganisme seperti plankton, pitoplankton, alga, ganggang
biru, serta hewan dan tumbuhan bersel satu lainnya. Mikroorganisme tersebut
merupakan sumber makanan bagi ikan-ikan yang hidup dalam air (Matrapendidikan:
2014).
C.
Infrastruktur
dan Konektivitas Menyongsong Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia
Indonesia merupakan
negara maritim dan sudah menjadi bagian dari jalur perdagangan laut yang
penting sejak masa prasejarah, khususnya di Selat Malaka. Namun, hubungan
perdagangan Nusantara dengan China dan India baru dimulai pada abad ke-3
Masehi. Hal ini dibuktikan dengan tulisan dari Fa-Hsien, yang berlayar dari
India ke China melalui Jawa. (Marsetio,2014: 5)
Walaupun Indonesia
merupakan negara maritim sejak masa prasejarah, pemanfaatan potensi ekonomi
laut masih belum maksimal karena pemerintah tidak terlalu serius menggarap
sektor kelautan dan perikanan (Aziz, 2014: 6). Pembangunan dan ekonomi
Indonesia masih berbasis pada eksplorasi dan pengolahan wilayah daratan,
padahal perairan Indonesia lebih luas dan potensial untuk peningkatan
kesejahteraan rakyat. Hal tersebut yang mendasari pemikiran Presiden Joko
Widodo (Jokowi) untuk mengembangkan visi poros maritim dunia.
Visi poros maritim
dunia yang diusung oleh pemerintahan Presiden Joko Widodo adalah sebuah
perubahan besar dan sangat strategis. Dan yang harus menjadi perhatian utama di
dalam pelaksanaannya adalah yang menyangkut konektivitas maritim. Sebab, konektivitas maritim adalah
salah satu kunci dalam meningkatkan dan mengembangkan ekonomi kawasan yang
berhubungan dengan berbagai infrastruktur secara terkait. Bahkan, konektivitas
maritim dinilai sebagai salah satu landasan strategis bagi terbentuknya visi poros
Maritim.
Pembangunan konektivitas ini selain bernilai dari aspek
ekonomi, juga mempunyai dampak luas yaitu terciptanya hubungan yang harmonis
antar negara di kancah internasional. Konektivitas maritim sebagai landasan
strategis sangat erat kaitannya dengan pembangunan infrastruktur pelabuhan
serta infrastruktur pendukung lainnya di berbagai titik-titik strategis di
seluruh wilayah Indonesia, karena dampaknya akan langsung dirasakan bagi
perekonomian masyarakat, baik secara langsung maupun tidak langsung (Persatuan
Purnawirawan Angkatan Laut, 2015).
Indonesia harusnya
lebih memerhatikan infrastruktur laut. Karena laut merupakan
sarana angkut paling murah dibandingkan dengan infrastruktur lainnya.
Pembangunan infrastruktur yang baik (tepat sasaran sesuai dengan geografi
s Indonesia) akan mendorong pertumbuhan ekonomi. Mahan (1890) mengatakan, “If
a country be imagined having a long seaboard, but entirely without a
harbor, such a country can have no sea trade of its own, no shipping, no
navy.….. Numerous and deep harbors are a source of strength and
wealth.”
Pembangunan
infrastruktur dan konektivitas maritim akan menunjang kegiatan perekonomian
wilayah laut Indonesia, oleh karena itu pemerintah Indonesia harus
memperhatikan sektor pembangunan infrastruktur dengan mempertimbangkan berbagai
macam hal terkait kenyamanan infrastruktur, pengawasan pembangunan dan
pengelolaan infrastruktur yang terarah untuk mengambil peluang yang ada dalam
upaya mewujudkan poros maritim Indonesia. Mengingat Indonesia juga memiliki
undang-undang yang mengatur mengenai wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil (UU
No 1 Tahun 2014), hal tersebut dapat mendukung untuk dilaksanakannya sebuah
penataan wilayah. (Kurniastuti, 2015).
Infrastruktur
fisik harus dibangun secara merata dari wilayah barat sampai timur, atau
setidaknya harus memenuhi kebutuhan kapal-kapal, baik militer ataupun
non-militer yang berlayar di sepanjang ALKI I sampai III. Pembangunan
infrastruktur militer jelas akan mendukung interkonektivitas sektor laut
sehingga memperlancar setiap arus barang, jasa, maupun manusia. Tentunya sektor
distribusi barang-jasa dan manusia memiliki peran penting bagi kebutuhan
pertahanan maritim nasional.
Selain itu, Konektivitas kawasan akan menjadi lebih
aman ketika sektor laut Indonesia dibekali sarana fisik yang mencukupi dan
memadai. Konektivitas akan mendukung percepatan pembangunan ekonomi dan
pertahanan nasional karena secara cepat atau lambat akan berdampak pada
cepatnya akses informasi dari wilayah satu ke wilayah lainnya. Penguatan kapasitas
kelembagaan, kerjasama, dan koordinasi antar instansi di sektor laut juga akan
semakin baik ketika dibekali oleh infratruktur fisik yang memadai. (Praditya,
2015).
BAB III
METODE PENULISAN
A. Jenis
Tulisan
Jenis
tulisan yang digunakan dalam karya tulis ilmiah ini adalah penelitian pustaka (library research), yang bersifat
deskriptif dengan memaparkan dan menggambarkan pemberdayaan masyarakat pesisir
melalui strategi pengolahan limbah rumah tangga berbasis teknologi di Desa
Nelayan Kota Makassar Sulawesi Selatan.
B. Objek
Tulisan
Objek
dari tulisan ini adalah pemberdayaan masyarakat pesisir melalui strategi
pengolahan limbah rumah tangga berbasis teknologi dalam mengembangkan
infrastruktur dan konektivitas menyongsong Indonesia sebagai poros maritime
Dunia (Desa Nelayan Kota Makassar Sulawesi Selatan).
C. Teknik
Pengumpulan Data
Data-data
yang yang di peroleh dalam karya tulis ilmiah ini adalah berupa data sekunder
yaitu data dari berbagai literatur untuk mendapat atau memperoleh dasar dan
kerangka teoritis mengenai masalah yang dibahas atau mencari informasi yang
erat hubungannya dengan rumusan masalah. Seperti data dari internet, jurnal,
artikel, buku, dan lain-lain.
1. Studi
Kepustakaan
|
2.
Internet Searching
Penelitian
dengan menggunakan internet searching
sebagai salah satu mekanisme pengumpulan data yakni dengan mencari artikel dan
materi materi yang terkait dengan masalah yang sedang di teliti dengan
menggunakan media internet.
D. Teknik
Analisis Data
Teknik
analisis data yang digunakan Penulis dalam penelitian ini adalah teknik
analisis deskriptif kualitatif, yaitu dengan melakukan beberapa tahap :
1. Reduksi
data (data reduction)
Reduksi data adalah
proses pemilihan data telah terkumpul. Lalu diseleksi kemudian dirangkum dan
disesuaikan dengan fokus berdasarkan rumusan masalah yang telah dibuat.
Kemudian data dikelompokkan berdasarkan kategori tertentu, untuk dicari tema
dan polanya. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan,
menggolongkan, mengarahkan, serta membuang data yang tidak perlu dan
mengorganisasikan data.
2. Penyajian
Data (data display)
Penyajian
data adalah sekumpulan informasi yang akan memberikan gambaran penelitian
secara menyeluruh. Dengan kata lain menyajikan data secara terperinci dan
menyeluruh dengan mencari pola hubungannya.
3. Penarikan
Kesimpulan (conclusion drawing)
Kesimpulan merupakan
kegiatan yang dilakukan dengan tujuan mencari arti, makna, penjelasan yang
dilakukan terhadap data yang telah dianalisis dengan mencari hal-hal penting.
Kesimpulan ini disusun dalam bentuk pernyataan tentang implementasi
pemberdayaan masyarakat pesisir melalui strategi pengolahan limbah rumah tangga
berbasis teknologi dalam mengembangkan infrastruktur dan konektivitas
menyongsong indonesia sebagai poros maritim dunia (Desa Nelayan Kota Makassar
Sulawesi Selatan)
BAB
IV
PEMBAHASAN
A.
Strategi
Pengolahan Limbah Rumah Tangga Berberbasis Teknologi
Dalam
kehidupan, manusia tidak dapat dilepaskan dari berbagai jenis limbah yang
dihasilkan dari aktivitas manusia sehari-hari yang semakin hari semakin banyak
jumlahnya. Limbah perkotaan telah menjadi masalah yang cukup rumit sehingga
kadang sulit untuk mengatasinya. Begitu pula dikawasan pesisir, pertumbuhan
populasi manusia di kawasan pesisir menyebabkan dinamika bagi interakasi antara
manusia dan lingkungan pesisir. Hubungan interaksi tersebut umumnya bersifat
negatif karena adanya konsentrasi manusia di pesisir membawa dampak negatif
bagi lingkungan pesisir. Sampah, pencemaran, eutrofikasi, erosi pantai
(abrasi), hilangnya keanekaragaman hayati menjadi persoalan di banyak kawasan
pesisir di dunia, akibatnya dampak tersebut juga membawa pengaruh negatif bagi
keberlanjutan kehidupan manusia di kawasan pesisir.
Semakin
modernnya kehidupan semakin kurang sadar manusia akan makna sebuah lingkungan yang
lestari, tentunya dapat dilihat lingkungan disekitar kita yang masih banyak
sampah yang tidak dibuang pada tempatnya. Apalagi didaerah pesisir, sebagian
besar permasalahan lingkungan yang menyebabkan kerusakan kawasan
pesisir terjadi akibat dari kegiatan-kegiatan di darat. Ditambah lagi
presepsi masyarakat yang selama ini masih memandang limbah aktivitas manusia
sehari-hari sebagai barang sisa yang tidak berguna, bukan sebagai sumberdaya
yang perlu dan dapat dimanfaatkan, hal ini dikarenakan SDM yang rendah akibat
rendahnya tingkat pendidikan masyarakat didaerah pesisir.
|
Berdasarkan
bagang diatas maka dapat diuraikan :
1. Limbah
Cair
Limbah cair adalah
semua limbah yang berbentuk cairan atau berada dalam fase cair seperti air seni
atau urine, air pencucian alat-alat. Komponen utama limbah cair adalah air (99%)
sedangakan komponen lainnya bahan padat yang bergantung asal buangan tersebut.
Kegiatan rumah tangga
seringkali menimbulkan limbah domestik berupa limbah cair dan padat. Limbah
cair domestik dapat dibagi dibagi dalam dua kategori, yaitu: (1) limbah cair
yang berasal dari air cucian seperti sabun, deterjen, minyak dan pestisida; (2)
limbah cair yang berasal dari kakus seperti sabun, shampoo, tinja dan air seni.
Maka dari itu untuk mengolah limbah yang dihasilkan dari kegiatan tersebut
dapat dilakukan dengan beberapa proses pengolahan seehingga menghasilkan output yang bermanfaat bagi masyarakat
didaerah pesisir, namun sebelum sampai kepada tahap ini terbelih dahulu akan
dipasang pipa-pipa saluran pada setiap rumah, yang diletakkanpada tempat cuci
yang menghasilkan limbah buangan air cucian baik deterjern, sabun dan
sejenisnya. Saluran tempat cuci ini disatukan dengan saluran pembuangan pipa
kamar mandi, sedangkan untuk tinja dan urin memiliki tempat pembuangan yang
sama yaitu di kloset, akan tetapi digunakan saluran yang terpisah, jadi disini
digunakan kloset khusus yang mampu memisahkan urin dan tinja, seperti yang
tampak pada gambar berikut.
Pada gambar diatas
terlihat bahwa pada bagian atas kloset terdapat lubang-lubang sebagai tempat
urin, sehingga saluran pembuangan urin dan tinja memiliki tempat yang berbada.
Seperti yang telah
diuraikan sebelumnya, bahwa setiap rumah memilii tiga pipa pembuangan limbah,
diantaranya limbah sabun cuci dan air mandi, urin serta tinja. Dari ketiga
limbah tersebut akan disalurkan kedalam bak penampungan yang terdiri dari 3
bagian sesuai dengan jumlah saluran limbah rumah tangga seperti yang terlihat
pada gambar.4.2. Bak penampungan ini memiliki kapasitas untuk
empat rumah tangga dalam satu lokasi yang saling berdekatan, dikarenakan
beberapa pertimbangan antara jarak dan waktu yang diperlukan untuk limbah
sampai kebak penampungan.
Setelah
limbah rumah tangga sampai ketempat penampungan maka akan diproses lebih
lanjut, adapun pengolahan limbah dari bak penampungan akan diuraikan sebagai
berikut:
a.
Limbah Rumah Tangga Jenis Urin
Urin
manusia dapat dijadikan dan dimanfaatkan menjadi festisida organic dengan cara memprosesnya melalui
proses fermentasi. Pada proses
fermentasi urine memiliki
kelebihan jika dibandingkan dengan urine yang tidak
difermentasi, yaitu meningkatkan kandungan hara yang terdapat pada urine
tersebut yang dapat menyuburkan tanaman. Selain itu, bau urine yang telah
difermentasi menjadi kurang menyengat jika dibandingkan dengan bau urine yang
belum difermentasi.
Adapun cara pembuatan dari pestisida organic ini yaitu rempah pilihan
dan gula dipanaskan hingga mendidih. Gula
berguna dalam proses fermentasi dan menyuburkan mikroorganisme yang ada didalam tanah sedangkan rempah berguna untuk menurunkan bau
menyengat dari urin. Selanjutnya campurkan urin dan bahan rempah dalam drum
plastik, perlu diperhatikan drum jangan terlalu penuh lalu Tutup
rapat drum dan diamkan selama 2 minggu. Setiap hari 2 kali atau pagi dan sore tutup dibuka
untuk membuang gas yang di hasilkan.Pestisida cair yang telah jadi, dapat
langsung digunakan atau dapat
dikemas dalam suatu produk.
b. Limbah Rumah
Tangga Jenis Air Cucian
Air cucian
hasil dari limbah rumah tangga mengandung zat pencemar bagi tanah dan laut.
Limbah ini penyebab utama rusaknya lingkungan laut di Desa Nelayan. Namun
dengan melakukan penyaringan air cucian dapat menghilangkan zat pencemar
seperti zat timbal, detergent dan zat besi. Pada strategi pengolahan limbah
rumah tangga air cucian masyarakat ditampung dalam wadah penampungan. Setelah
itu dialirkan pada drum yang didalamnya terdapat bahan penyaring. Pada proses
inilah penyaringan air cucian akan berlangsung sebelum dialirkan ke laut.
Komponen penyusun dalam drum penyaring seperti karbon aktif, pasir zeolit dan
ijuk.
Proses
filtrasi air cucian hasil limbah rumah tangga akan menghilangkan kekeruhan, bau, warna pada air. Sehingga air hasil
penyaringan dapat dialirkan langsung ke laut, air tersebut tidak akan mencemari
laut. Untuk perawatan saringan air
sederhana tersebut, bersihkanlah saringan air tersebut secara rutin setiap 2-3
bulan sekali terutama bila debit air yang keluar semakin kecil atau bila
kualitas air yang dihasilkan mulai berkurang (menjadi keruh). Cara
membersihkannya pun cukup dengan mengeluarkan semua isi saringanlalu cuci
bersih semuanya dan jemur hingga kering. Bila telah kering masukkan kembali
bahan-bahan tersebut ke dalam saringan seperti semula. Untuk menjaga kualitas
saringan air, gantilah injuk yang digunakan paling lama setiap 6 bulan sekali.
c. Limbah Rumah
Tangga Jenis Tinja dan Limbah
Organik
Teknik Pengolahan tinja Menjadi Pupuk di lakukan
dengan cara pengomposan. Cara pengomposan yaitu tinja disimpan dalam
penampungan dan dicampur dengan sampah
organik berupa daun, sisa makanan dan lain sebagainya.
Campuran ini akan mengalami pembusukan dan terurai. Setelah 6—8 bulan biasanya
sudah bisa dipanen sebagai kompos.
2. Limbah
Padat
Limbah padat merupakan hasil dari kegiatan
industri dan domestik. Limbah domestik pada umumnya berbentuk limbah padat
rumah tangga berupa sampah. Sampah ini terbagi atas 2 bagian yaitu sampah
organik dan anorganik. Disekitar
wilayah pesisir khusunya daerah laut, kita sering menemui kedua jenis sampah
ini. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang cara mengolah sampah menjadi
salah satu kendala masyarakat didaerah pesisir, hingga sampa yang dihasilkan
pada akhirnya akan dibuang kelau. Tentu saja, sampah yang dibuang kelaut dapat
menimbulkan dampak negatif berupa pencemaran air laut serta pencemaran udara
yang pada akhirnya akan berimbas pada kehidupan masyarakat disekitarnyat.
Maka dari itu
diperlukan suatu pengolahan secara tepat untuk mengatasi kerugian yang
ditimbulkan dari sampah tersebut. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya,
limbah padat terdiri dari sampah organik dan anorganik. Untuk sampah oganik
akan dicampur dengan tinja, yang kemudia diolah melalui proses pengomposan
hingga menghasilkan pupuk organik. Sedangkan untuk sampah anorganik akan
diproses sedemikian rupa hingga menghasilkan sebuah kerajinan.
Teknologi yang
digunakan untuk untuk pengelolaan sampah anorganik yaitu trash Trash future solar fanel. Trash future solar fanel alat pengelolah
sampah yang menggunakan tenaga surya sebagai energi yang akan menggerakkan
mesin didalam alat. Penggunaan solar sel ini dikarenakan, didaerah pesisir
ruang terbuka sangat luas sehingga
supley cahaya matahari sangat besar, selain itu energi dari solar sel
ini merupakan energi yang ramah lingkungan dan juga yang tidak memakan banyak
biaya.
Adapun model sistem pembangkit listrik tenaga matahai yang kami gunakan
, yaitu sistem Off-grid solar
system. Secara umum
sistem Off-grid solar system tidak terintegrasi sama sekali pada pasokan
listrik eksternal (PLN). Sistem Off-grid solar system menggunakan penyimpan
daya (baterai) untuk kebutuhan listrik utamanya serta kebutuhan listrik
cadangannya. Setelah energi yang dari matahari yang diserap oleh solar panel
maka selanjut energi yang telah diubah menjadi listrik tersebut akan digunakan
untuk proses pengolahan sampah pada trash
future. Proses pengolah limbah anorganik dimulai dengan
pemasukan sampah pada alat, pemotongan sampah, pengayak sampah, pembakaran
sampah sampai menghasilkan output kerajinan seperti pot bunga.
Kerajinan
|
Panel
surya
|
Tiang
|
Anorgan ikik
|
Pemotong
|
Pengayak
|
pembakaran
|
Cerobong asap
|
Gambar 4.3. model dari tras futute solar panel.
B.
Tahapan
Implementasi Penerapan Strategi Pengolahan Limbah Rumah Tangga Berbasis
Teknologi
Sesuai tujuan dari
penerapan strategi pengolahan limbah rumah tangga berbasis teknologi, ada tiga
sasaran yang ingin dicapai yakni mengurangi limbah hasil kegiatan manusia dalam
kehidupan sehari-hari yang merusak ekosistem laut, masyarakat mampu mengolah
limbah dari kegiatan sehari-hari menjadi lebih berguna serta meningkatkan
kepedulian masyarakat terhadap estetika lingkungan melalu pemberdayaan yang
dilakukan. Merujuk hal tersebut, maka ada beberapa langkah untuk melaksanakan
program tersebut. Langkah-langkah yang dilakukan saling berkaitan, terintegrasi
dan saling mendukung satu sama lain.
1.
Pemberdayaan dan Pengembangan
Masyarakat (Community Development)
Program ini
dilaksanakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat. Selain
masyarakat mampu mengurangi pencemaran lingkungan di kawasan pesisir, mereka
juga dapat meningkatkan estetika lingkungan dan sumber pendapatan bagi
masyarakat setempat dengan adanya inovsai pengolahan limbah yang akan
diterapkan. Dalam melaksanakan kegiatan ini maka adanya pemberdayaan
masyarakatsetempat untuk berpartisipasi aktif dalam mendukung keberlanjutan program
ini. Oleh karena itu, kami akan membentuk suatu komunitas yang terdiri dari
masyarakat setempat.
Hal ini dilakukan agar semua masyarakat setempat dapat turut berpartisipasi
aktif dalam menjaga lingkungannya.
Adapun untuk membentuk
komunitas tersebut dilakukan beberapa tahapan, diantaranya:
a.
Musyawarah
Mahasiswa dan Masyarakat
Tahap awal yang
dilakukan adalah melakukan musyawarah dengan masyarakat setempat yang memiliki
pengaruh besar terhadap masyarakat disana seperti lurah, ketua RT/RW, dan
masyarakat lainnya. Dalam musyawarah ini, akan disampaikan maksud dan tujuan
dari program ini serta meminta izin untuk menerapkan strategi pengolahan limbah
rumah tangga berbasis teknologi di kawasan
tersebut. Selain itu, akan disampaikan pula teknis kegiatan yang akan dilakukan
yaitu berupa sosialisasi langsung ke masyarakat melalui poster, brosur,
penyuluhan.
b.
Pembentukan
Komunitas Peduli Lingkungan
Tahap kedua setelah
melakukan musyawarah adalah membentuk suatu komunitas peduli lingkungan yang
akan membantu dalam keberlanjutan penerapan strategi pengolahan limbah rumah
tangga berbasis teknologi di kawasan ini, baik pada saat pelaksanaan maupun
untuk controling kedepannya. Pembentukan komunitas ini juga bertujuan
agar masyarakat dapat berpartisipasi aktif dalam menanggapi permasalahan
disekitarnya. Program penerapan strategi pengolahan limbah rumah tangga
berbasis teknologiyang dicanakan tidak hanya untuk mengurangi dampak dari
limbah yangdihasilkan oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari tetapi juga
dapat menghasilkan output yang berguna bagi masyarakat. Oleh karena itu,
komunitas peduli lingkungan ini nantinya mampu mendirikan sebuah koperasipengolahan
limbah rumah tangga beberbasis teknologi.
Komunitas ini akan
dibentuk layaknya sebuah organisasi yakni memiliki struktur kepengurusan. Para
pengurus komunitas merupakan masyarakatyang berada dikawasan pesisr. Komunitas
ini terdiri dari koordinator yang bertanggung jawab atas segala bentuk
aktivitas dari komunitas itu sendiri. Koordinator juga merupakan orang yang
mengkoordinir kepengurusan komunitas ini.
c.
Penyusunan
Teknis
perumusan materi
penyuluhan dan penentuan narasumber. Sebelum pelaksanaanpenerapan strategi
pengolahan limbah rumah tangga berbasis teknologi, terlebih dahulu dirumuskan
teknis acara untuk penyuluhan kepada masyarakat. Langkah-langkah yang akan
dilakukan untuk menyusun teknis acara, yaitu :
1)
Menyusun
rundown acara
Langkah awal yang akan
dilakukan adalah menyusun rundown acara. Acara akan dilaksanakan pada
hari sabtu atau minggu dikarenakan pada hari tersebut masyarakat libur dari
aktivitas bekerja dan bersekolah.
2) Menentukan materi
penyuluhan dan mencari narasumber Selanjutnya
adalah mempersiapkan materi untuk penyuluhan. Secara garis besar materi yang
akan diberikan kepada masyarakat adalah mengenai penerapan strategi pengolahan
limbah rumah tangga berbasis teknologisecara keseluruhan beserta manfaatnya.
Akan ada dua narasumber utama yang akan menjadi pembicara dalam penyuluhan,
yaitu ahli lingkungan.
2. Pelaksana
Penerapan Strategi Pengolahan Limbah Rumah Tangga Berbasis Teknologi
Langkah awal yang
dilakukan pada tahap ini yaitu mahasiswa beserta tokoh masyarakat setempat
mengumpulkan sejumlah warga di lapangan terbuka. Kegiatan yang akan dilakukan
adalah sosialisasi berupa penyuluhan yang menyangkut dampak dari limbah yang
dihasilkan dalam kehidupan sehari-hari, dan cara mengatasinya dengan melakukan
penerapan strategi pengolahan limbah rumah tangga berbasis teknologi.
Selain penyuluhan,
masyarakat juga dapat melihat secara langsung penerapan teknologi dalam
prosespengolahan limbah yang dilakukan oleh narasumber, sehingga menghasilkan
output yang berguna dan dapat dimanfaat.
Dalam
mendukung keberlanjutan pelaksanaan strategi pengolahan limbah rumah tangga
berbasis teknologi, maka perlu dilakukan penguatan kelembagaan dan pendampingan
kelompok tani dalam mendukung kemandirian lokal masyarakat. Selain itu,
dilakukan juga kerjasama dengan pemangku kepentingan masyarakat sepertiLSM,
perguruan tinggi dan Pemerintah Daerah setempat. Rencana kegiatan yang akan
dilakukan ditunjukkan pada bagan berikut:
Kurangnya
pengetahuan masyarakat pesisir dalam mengatasi dan mengolah limbah yang
dihasilkan dalam kehidupan sehari-hari
|
Masalah
|
Mahasiswa
|
Pemerintah
|
Stakeholder
Lain
|
Masyarakat
|
Penyuluhan
partisipatif
|
ACM ( Sosialisasi dan
perencanaan )
|
Pemberian materi tentang pengolahan limbah berbasis teknologi
|
-
Pendampingan Kelompok
-
Penguatan Kelembagaan
|
-
Pendampingan Kelompok
-
Penguatan Kelembagaan
|
-
Penerapan
-
Pendampingan
-
Evaluasi dan konttroling
|
Pengolahan limbah berbasis teknologi
|
Bagang.
4.2.Pengutan
kelembagaan masyarakat.
Dengan diterapkannya strategi pengolahan limbah rumah
tangga basis teknologi di Desa Nelayan maka dapat diprediksi keberhasilan
program. Adapun manfaat dari program ini sebagai berikut:
a.
Masyarakat Pesisir yang Mandiri
Masyarakat pesisir
mampu mengelolah sendiri Desa Nelayan melalui kerjasama antar masyarakat
memperbaiki infrastruktur desa. Disisi lain output yang dihasilkan dari
serangkain proses limbah akan berdayaguna dan bernilai ekonomis bagi
masyarakat.
b.
Masyarakat Mengenal IPTEK
Karena
strategi ini melibatkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) dalam
penerapannya maka akan berdampak pada penurunan angka GAPTEK di masyarakat
pesisir.
c.
Budaya
Cinta
Lingkungan
Proses
pemberdayaan masyarakat akan menanamkan rasa cinta dan budaya peduli lingkungan
hidup. Sehingga pemukiman penduduk di pesisir Desa Nelayan akan bersih, sehat
dan bebas dari limbah. Selain itu program ini dapat mengubah pola pikir
masyarakat pesisir yang produktif yaitu mengubah limbah rumah tangga menjadi produk.
d.
Menyongsong Indonesia sebagai poros maritim dunia
Serangkaian
sistem dan
kegiatan pada program pembangunan Desa Nelayan ini merujuk pada pencapaian
Indonesia sebagai poros maritim dunia. Yang diawali perbaikan infrastruktur
desa pesisir khususnya pada pemecahan masalah pengolahan limbah rumah tangga.
Tujuan utama perbaikan infrastruktur tersebut untuk memperbaiki ekosistem laut
akibat pencemaran rumah tangga, sehingga potensi laut seperti ikan, terumbuh
karang, air laut dan sebagainya dapat menjadi potensi yang dibudidaya
kembangkan sebagai indikator menjadi poros maritim
dunia.
Melalui
proses pemberdayaan masyarakat akan meningkatkan koneksi atau mempererat
hubungan masyarakat dengan pemerintah sehingga tujuan poros maritim dunia dapat
tercapai. Dengan tertanamnya budaya-budaya cinta lingkungan pesisir dan laut
juga akan semakin mempermudah pencapaian poros maritim dunia.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa:
1. Strategi
pengolahan limbah rumah tangga dilakukan dengan mengolah limbah cair
dengan melakukan filterilisasi terhadap limbah air cuci dan memanfaatkan urin manusia menjadi festisida
organik, serta melakukan pengomposan pada tinja yang dicampur dengan
samapah organik hingga menjadi pupuk.
Sedangkan limbah padat yang meliputi sampah anorganik akan diproses sedemikian
rupa hingga menghasilkanoutput sebuah
kerajinan. Proses pengolahan dilakukan dengan menggunakan teknologi tepat guna
yang ramah lingkungan yaitu Trash future solar fanel.
2. Metode
Implementasi yang diterapkan untuk mengembangkan infrastruktur dan konektivitas
maritim dengan memerdayakan dan mengembangkan masyarakat (Community
development) serta membentuk suatu
komunitas peduli lingkungan yang terdiri dari masyarakat setempat. Kegiatan yang akan
dilakukan adalah sosialisasi berupa penyuluhan yang menyangkut dampak dari
limbah yang dihasilkan dalam kehidupan sehari-hari, dan cara mengatasinya
dengan melakukan penerapan strategi pengolahan limbah rumah tangga berbasis
teknologi. Selain penyuluhan, masyarakat juga dapat melihat secara langsung
penerapan teknologi dalam proses pengolahan limbah.
B. Saran
Adapun saran dalam karya tulis ilmiah ini ditujuhkan
kepada berbagai pihak, yaitu:
1.
Pihak Pemerintah:
Diharapkan dapat membantu dalam mengimplemetasikan ide strategi pengolahan
limbah rumah tangga pada daerah pesisir sehingga dapat bermanfaat bagi
pembangunan infrastruktur dan konektivitas menyongsong Indonesia sebagai poros maritime
dunia.
|
2.
Pihak Akademi: agar lebih aktif melakukan penelitian-penelitian dan inovasi yang
bersifat membantu pemberdayaan masyarakat pesisir untuk menyongsong Indonesia sebagai poros maritim dunia
3.
Pihak
Penulis Lainnya:
Diharapkan dapat mengembangkan ide dalam karya tulis
ilmiah ini menuju perbaikan infrastrukut masyarakat pesisir.
Komentar
Posting Komentar